Berbagai keluarga di Indonesia menyatakan, betapa sulitnya mendidik anak yang sangat nakal dan tidak tahu sopan santun. Hal ini sangat terbiasa terbiasa terjadi bagi keluarga yang kurang memperhatikan perkembangan anaknya. Bagi mereka, anak akan menjadi penurut dan pintar kalau dididik dan diasuh oleh para pengasuh anak dan pembantu yang telah dibayar dengan harga mahal. Keluarga di Indonesia berlomba-lomba mencari pengurus anaknya selangi mereka sibuk dengan pekerjaannya. Padahal ini bukan menjadi solusi anak menjadi penurut, pinter, dan berkembang. Seharusnya orang tua tahu dan sadar akan tindakan mereka itu. Mereka tak perlu mengeluarkan banyak uang untuk para pengasuh itu,melainkan mereka harus bersedia berlama-lama dengan anaknya ,hanya sekedar untuk menemaninya belajar, mendengar ceritanya disekolah,dan memberikan berbagai solusi untuk masalahnya.Hal ini dapat membuat masalah anak akan berkurang dan tak banyak lagi pikiran. Orang tua yang bersedia meluangkan waktu untuk anaknya , maka sang anak tersebut akan menjadi tak kesepian lagi dan bagaikan memeiliki sahabat yang baru dan setia mendengar keluh kesahnya. Orang tua juga berhak untuk mengajari anaknya berbahasa yang baik. Baik berbicara dengan orang tua , berbicara dengan guru, dan berbicara dengan sebayanya. Hal ini membuat anakmemjadi berkembang dalam bahasa. Anak yang diajari berbahasa yang buruk cenderung menjadi tidak sopan dan di jauhi masyarakat.Sedangkan anak yang diajari bahasa yang benar ,maka anak itu menjadi pintar, mudah menerima masukan yang baik,dan banyak wawasan yang bermanfaat. Anak yang selalu mendengar orang tuanya bertengkar,maka anak itu menjadi emosional dan tak mau diatur. Hal ini tidak baik untuk pendidikan dan perkembangan karakter anak karena menjadikan anak yang keras dan tak mau mengalah.
Orang tua kalau sedang marah dengan anaknya diharapkan untuk tidak mengeluarkan bahasa yang akan ditiru oleh anaknya kepada temannya. Orang tua yang sedang marah harus berusaha tidak mengeluarkan bahasa yang kotor dan jelek dengan sepenuh hati, karena semua perkataan orang tua adalah do’a. Contohnya orang tua yang marah dengan anaknya ,kemudian mengeluarkan bahasa yang kotor seperti bodoh, tak tahu sopan santun, dan lain-lain . Maka secara langsung perkataan itu menjadi do’a apalagi saat itu orang tua dalam keadaan marah, jika seperti itu lengkaplah sudah do’a yang diucapkan orang tua tersebut dan mungkin akan terjadi kepada anak itu. Banyak cerita yang sudah terbukti kalau ucapan orang tua itu akan menjadi do’a, contohnya cerita Malin Kundang.
Oleh karena itu, para orang tua harus menjaga bahasa yang diucapkan saat marah, kalau bisa sebaiknya orang tua yang marah mengeluarkan bahasa yang baik dan secara langsung merubah anaknya menjadi yang diinginkan, seperti anak pintar, anak soleh, dan lain-lain.
0 comments:
Post a Comment