Indonesia merupakan Negara tempat kita hidup, beraktivitas, bermasyarakat, beranak pinak, hingga masuk kedalam liang lahat. Sebagai warga Negara yang baik khususnya bagi kita para generasi muda sudah sepantasnya merubah nasib bangsa Indonesia menjadi lebih baik lagi agar bisa sejajar dengan bangsa-bangsa maju serta lebih dihormati dan dihargai didunia Internasional.
“Bagi (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia” (Ar Raad : 11) . Dengan adanya ayat itu kita bisa menyimpulkan bahwa tidak ada yang bisa mengubah Negara kita kecuali kita sendiri yang merubahnya.
Beberapa cara untuk bisa memperbaiki bangsa, yaitu :
1. Jadi orang baik, beriman, dan bertakwa kepada Allah
Karena kalau tidak ada orang baik, beriman dan bertakwa maka Negara akan ancur, kekacauan dimana-mana,pemerintahan yang otoriter, terjadinya ketidakjujuran dalam masalah keuangan atau lebih tepatnya korupsi.
2. Menguasai IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) yang bermanfaat lalu praktek untuk membangun
Untuk mempercepat pembangunan dan penyelesaian segalamasalah bangsa dibutuhkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersifat positif. Hindari resiko dampak negative yang dapat merusak bangsa kita pada sisi lain. Pembangunan sebesar-besarnya dilakukan untuk kepentingan banyak.
3. Menjadikreatif yang positif (berpikir diluar batas)
Percuma kita menguasai IPTEK tanpa punya kemampuan tinggi dalam kreativitas agar dapat tampil bedaatau bahkan lebih unggul dan dari bangsa-bangsa lain. Ciptakanlah hal-hal baru dan positif untuk membantu membangun bangsa dan Negara Indonesia.
4.Menjadi pemimpin yang teladan atau penyokong yang baik.
Menjadi pemimpin itu harus menjadi panutan bagi rakyat.Harus memiliki pendirian yang kokoh untuk membangun suatu bangsa. Pemimpin juga harus memikirkan nasib rakyatnya agar pemerintahannya berjalan dengan baik dan dapat memanjukan negaranya. Pemimpin harus tegas dalam mengambil keputusan. Pemimpin yang memiliki sifat semua ini maka akan tekenal buakn hanya pemimpinya melainkan negaranya juga.
5.Pusatkan kepada para generasi muda
Generasi muda tidak boleh meniru kesalahan-kesalahan yang dilakukan generasi –generasi sebelumnya. Pengalaman atau sejarah sangatlah penting untuk dipelajari lagi agar kita tidak terperosok kedua kalinya. Generasi muda yang dikatakan sedang tidur harslah bangun untuk mencoba meraih cita-cita mereka agar tercapai. Generasi muda harus menyaring apa pun hal yang didapat agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Mereka sangatlah mudah terpengaruh dan berubah, seperti contohnya pelajaran bahasa Indonesia di sekoalh-sekolah. Pelajaran ini banyak dibilang sulit karena sudah membaca berkali-kali dalam soal tapi tetap saja jawaban mereka salah. Hal ini di sebabkan karena kurang adanya pemahaman dan kosentrasi dalam membaca soal-soal tersebut. Oleh karena itu, generasi muda tingkatkanlah pemahaman dan penghayatan dalam mempelajari bahasa Indonesia.
Friday, October 22, 2010
Tips Memperbaiki Bangsa
Saatnya Kau yang Berkata
Kami yang terbaring kaku disini
Tidak bisa teriakan kata ‘Merdeka’ lagi
Kami yang terbaring tenang disini
Tidak bisa membela dan angkat senjata lagi
Tak ada yang bisa mendengar deru kami
Tak ada yang bisa menolong kami
Tapi tolong kenanglah kami
Hargai dan pujilah kami
Kami yang gugur diwaktu muda
Sudah kami coba apa yang kami bisa
Tapi hasil tak duga
Mati nyawa tak berdosa
Kami tak bisa lagi berkata
Kini saatnya kau yang berkata
Membangun impian semata
Yang dulu tak terlaksana
Teruskanlah kami
Juangkanlah negeri
Angkat derajat pertiwi
Sampai akhir hayat ini
Kaulah yang sekarang berkata
Perbaiki semua yang ada
Jangan ada kata dusta
Untuk membangun Indonesia tercinta
Karya : Putri Nurul Bintari
Perkawinan Beda Bahasa
Pagi disaat itu indah . Matahari bersinar cerah menerpa pohon – pohon cemara yang tampak hijau daun. Warna – warni kemilau dedaunan di sekitar Gunung Sumbing tampak jelas dari kejauhan sehingga menambah kesejukan saat itu . Langit sangat cerah dan bersih , menjadi latar kegagahan Gunung Sumbing itu. Disuatu rumah yang beratapkan genting indah nan bersih , berukiran kayu yang menggambarkan suasana pedesaan , terdapat seorang anak yang sedang membantu ibunya mememasak dan bau masakannya menggundang orang yang menciumnya untuk mencoba mencicipinya. Ya, dia adalah Sri yang pandai sekali memasak. Sri adalah anak gadis dari Raden Mas Suryoadhi dan Sumini Adhidiningrat .Tak hanya Sri, mereka juga punya dua anak lainnya yaitu Diyah dan Mufid. Keluarganya terkenal kaya dan ramah terhadap orang, oleh karena itu banyak orang membalas kebaikannya dengan senyum dan apapun yang diminta oleh keluarga itu pasti ada orang yang ingin membantunya. Tapi semua mulai berubah dengan kematian ayah Sri, keluarganya menjadi tidak terpandang lagi karena sebagian harta – hartanya sudah dijual untuk membiayai kehidupan sehari – hari.
Sri sebagai anak pertama yang menjadi andalan keluarga itu. Sri sedang bersiap-siap untuk pergi meninggalkan kampungnya untk merantau ke Jakarta. Disamping kamarnya sang ibu menagis dan tak tega harus menggorbankan anak pertamanya untuk membiayai keluarga ini.
“ Sri, kamu ora opo-opo nyambut gawe neng Jakarta ?” (Sri kamu tidak apa-apa kalau nyari kerja di Jakarta ?) ibunya membuka pembicaraan.
“Ora opo-opo mbok rekane aku tinggal nang kos-kosane Diyah njok aku wes ditrimo kerjo nang restoran“. ( Tidak apa-apa bu, aku tinggal di kost-annya Diyah terus aku sudah diterima kerja di restoran). Diyah kini sedang berkuliah di Jakarta.
Tak panjang bicara antara keduanya , Sri langsung pergi meninggalkan ibu dan Mufid dengan isak tangis .
“Sri, kamu ati-ati nang Jakarta . Ojo aneh – aneh nang kono, Nek ono waktu bali yo, Mbok karo Mufid dongakke supoyo rekat oleh duit njok selamet nang kono. Yo wes ati-ati nang ndalan”. (Sri kamu hati-hati di Jakarta. Jangan aneh-aneh disana, kalau ada waktu pulang ya, Ibu dan Mufid doa kan supaya kamu cepat mendapatkan uang dan selamat disana. Ya sudah , hati-hati ya dijalan ). Kata Mbok kepada Sri.
“Mbak ati-ati, salam kanggo Mbak Diyah yo, njok oleh-olehe yo, hihihi………” (Mbak hati-hati , salam buat Mbak Diyah terus oleh-olehnya ya) kata Mufid sambil terus cengar-cengir membayangkan oleh-oleh apa yang akan dibawa Mbaknya kalau pulang nanti.
“Kamu aneh-aneh hae, mangkat hae durung wes njalok oleh-oleh”. (Kamu ini aneh-aneh saja, berangkat saja belum sudah minta oleh-oleh). Kata Sri sambil meninju lengan adik laki-lakinya.
“Aku mangkat ndisek ya Mbok, Assalam’ mualaikum”. (Aku berangkat dulu ya bu Assalam’ mualaikum). Kata Sri dengan senang hati karena akan mendapat pengalaman baru di kota yang terkenal denagn orang-orang suksesnya itu.
Sri pergi ke Jakarta dengan bis. Dia baru pertama kalinya pergi ke Jakarta sendiri, biasanya bersama dengan Mufid , tapi hanya sekedar menenggok Diyah saja. Tapi tak masalah bagi Sri karena Dia akan segera mendapatkan penghasilan dari kerjanya nanti dan keluarganya akan makmur lagi. Setelah seharian di bis , sampailah Dia di terminal bis. Disana sudah ada adiknya yang menjemput dan langsung mereka menuju ke kost-annya Diyah. Ditengah perjalanannya mereka melepas rindu dan banyak bercerita tentang si Mbok dan kekonyolan Mufid di kampung.
“Aku janji yah kalau aku sudah mendapat gaji nanti aku akan mengontrak”. Kata Sri pada adiknya sambil mengeluarkan barang-barang dari dalam tasnya.
“Ya Mbak tak masalah sebenarnya kalau Mbak tinggal disini, tapi ada syaratnya, Mbak harus bayarin uang kuliah dan makan aku tiap hari. Hihhihi ………..”. Kata Diyah
“Ya sudah pastilah Diyah, mau tinggal disini atau tidak kamu pasti aku bayarin,kan aku yang biayain kamu sekarang”. Kata Sri pada adiknya sambil memeluk adiknya dengan rasa sayang.
“Terima kasih Mbak”. Kata Diyah membalas pelukan Mbaknya.
Hari pertama kerja Sri dimulai, di angkutan kota Sri melihat ada pemuda yang sedang menunggu di halte. Dan pemuda itu menaiki angkutan yang dinaiki Sri juga, sambil sesekali melirik kearah Sri. Awalnya Sri tak sadar tapi lirikannya membuat Sri tak biasa. Setelah kira-kira kurang lebih 20 menit di angkutan kota, Sri tiba di tempat kerjanya yang baru.
“Stop pak !”. Kata Sri sambil turun dan memberi uang kepada supir angkutan.
“Tak usah bayar ! biar aku yang bayar, ini pak uangnya”. Kata suara laki-laki yang tak dikenal.
“Ha ! tak usah repot mas, aku ada uang kok”. Kata Sri sambil menenggok ke arah datangnya suara itu dan ternyata suara itu adalah suara pemuda yang sedari tadi meliriknya di angkutan
“Tak apa Neng “. Kata pemuda sambil pergi menjauh dari angkutan yang tanpa disadari diikuti Sri.
Setelah dijelaskan apa maksudnya , ternyata pemuda itu adalah atasannya Sri tempat kerjanya yang baru. Dia melirik ke arah Sri karena Dia yang telah mengizinkan Sri kerja di restoran ini. Pemuda itu adalah Asep, yang berasal dari daerah Sunda , yang pekerjaanya dibagian Personalia.
Dari awal perkenalan itu, Sri dan Asep menjadi akrab tanpa disadari mereka telah menjalin hubungan cinta. Dan mereka telah memutuskan untuk menikah. Tapi setelah persetujuan dari si Mbok. Dari keluarga Asep mengizinkannya. Sri bercerita kepada Diyah tentang semua hal yang menyangkut Asep dan masalahnya dengan menikah itu..
“Aku yakin kalau si Mbok mendengar kamu menikah dengan orang yang berasal dari Sunda pasti marah ?” . Kata Diyah setelah mendengar semuanya.
“Memang kenapa Yah, memangnya tak boleh, Dia muslim kok. Dia juga baik “. Balas Sri
“Bukan itu masalahnya,Mbok pernah bilang kepada kita kalau cari suami harus yang berasal dari daerah Jawa juga”. Diyah menjelaskan.
“Lho ! bukannya Sunda juga Jawa ya ?”. Sri menyangkal.
“Ya ampun Mbak emang lupa ya kata si Mbok ? Si Mbok kan pernah bilang katanya kalau kita mendapatkan orang Sunda , pasti orangnya itu suka foya-foya terus suka ganti-ganti istri”. Diyah menambahkan .
“Tapi Dia beda Yah, aku sudah tahu latar belakangnya keluarganya, ya sudahlah tak usah bahas jadi emosi gini. Besok aku ingin menemui Mbok di Jawa bersama si Asep kamu mau ikut tidak ? Selagi besok libur kuliah”. Sri mengajak adiknya ke Jawa untuk membicarakan masalah ini kepada si Mboknya.
“Ya aku ikut saja, lagi pula aku rindu sama Mbok dan Mufid, ayo kemas-kemas dulu Mbak “. Kata Diyah sambil menuju kamarnya untuk menyiapkan barang-barangnya .
Setelah seharian di perjalanan , mereka bertiga sampai dengan selamat di rumah si Mbok. Mbok terkejut dengan kedatangan mereka karena secara mendadak pulang kerumah tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu.
“Assalam’mualaikum Mbok !!”. Kata Diyah dan Sri sambil memeluk si Mboknya di ikuti Asep yang hanya cium tangan saja.
“Ya Allah, ono opo sampeyang podo bali koyo ngene? Mbok ora loro o , Mbok waras-waras hae, njok cah lanang kiye sopo?” .( Ya Allah, ada apa ini kok kamu pada pulang gini ? Mbok tidak sakit, Mbok sehat-sehat saja, terus laki-laki ini siapa? ). Kata Mbok sambil memperhatikan kedua anaknya beserta si Asep.
“Lenggah ndisek Mbok, ra penak koyo ngene, iki pacarku Mbok seko Jakarta, iki bos ku nang restoran kono”. ( Dudu dulu Mbok, tidak enak seperti ini, ini pacarku dari Jakarta, ini bos ku di restoran sana). Sri menjelaskan.
“Ooo, sampeyang ora omong nek wes due pacar, Mbok ra ngerti. Jenengmu sopo Nduk?”. (Oh, kamu tidak bilang kalau sudah punya pacar, Mbok tidak tahu. Siapa namamu Nak? ). Kata si Mbok sambil membuka percakapan dengan Asep.
“Jenang, aku tidak membawa jenang bu, …”. Kata Asep binggung.
“Jeneng dudu jenang, nek jenang to enak, halah-halah ra ngerti, cah endhi toh sampeyang?”. ( Nama bukan dodol, kalau dodol enak, kok tidak mengerti, memang asalnya dari mana sih?) . Kata si Mbok.
“Wong Sunda Mbok, aku kenal nang restoran “. (Orang Sunda Mbok, aku kenal di restoran) Tambah Sri yang mencoba menjelaskan kepada Mbok.
Singkat cerita mereka berbincang-bincang seperti halnya keluarga yang baru saja ada tamu baru. Asalnya dari mana? Kerja apa kamu? Rumahmu dimana? Masih hal sewajarnya . Tapi, setelah Sri menceritakan keinginannya menikah dengan Asep, Si Mbok nampaknya terlihat kesal bercampur bingung harus bagaimana. Karena Dia tidak menginginkan anaknya mendapatkan suami yang berasal dari daerah Sunda. Si Mbok berulang kali bilang supaya Sri tidak jadi nikah , tapi Dia menolak perkataan ibunya.
“Ora Mbok, aku arep nikah karo Asep, aku wes tresno. Oleh ya Mbok?”. (Tidak Mbok, aku ingin nikah dengan Asep, aku sudah cinta . Boleh ya Mbok?) Kata Sri berusaha merayu si Mbok.
“Yo wes lah, aku wes kesel omong karo sampeyang, tak ijinake, nek ono opo-opo nang omah tangga sampeyang Mbok ra tanggung lo..”. (Ya sudahlah aku sudah capek bicara sama kamu, aku izinkan tapi kalau ada apa-apa di rumah tangga kamu, Mbok tidak tanggung jawab). Kata Mbok membolehkan anaknya.
Sejak hari itu , hubungan Mbok dan Asep tampak akrab tapi masih binggung antara bahasa yang digunakan oleh mereka. Si Mbok memakai bahasa Jawa sedangkan si Asep memakai bahasa Sunda dan bahasa Indonesia. Oleh karena itu harus ada yang mendampingi mereka kalau salah satunya ingin berbincang-bincang seperti Sri, Diyah, dan Mufid. Mereka bertiga bersedia menerjemahkan apa yang tidak mereka tahu tentang bahasa yang di gunakan oleh Mbok dan Asep. Ternyata tak hanya keluarganya Sri saja yang tak mengerti bahasa Indonesia tapi keluarganya Asep juga. Asep menerjemahkan ke bahasa Sunda lagi jika diantara keluarganya Sri yang ingin berbincang-bincang.
Begitu sulitnya menyesuaikan antara bahasa daerah yang satu dengan bahasa daerah yang lain. Oleh karena itu harus ada bahasa Indonesia yang menjadi penengah di antardaerah, di manapun kita berada selama masih di Negara Indonesia. Banyak di daerah-daerah masih terpaku terhadap bahasa daerahnya, hal ini menurut saya dapat membuat perpecahan di Indonesia. Nyatanya ,sejak pemerintahan Presiden Soekarno bahasa Indonesia adalah Bahasa Nasional Indonesia. Seperti pada bunyi Sumpah Pemuda “Kami Putra Putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan,bahasa Indonesia”. Hal ini menjadi janji para pemuda terdahulu untuk lebih menjunjung tinggi derajat dan martabat bangsa Indonesia dalam masalah pemakaian bahasa Indonesia. Marilah kita sebagai pemuda di zaman sekarang meneruskan perjuangan pemuda terdahulu untuk menjunjung tinggi bahasa persatuan Indonesia.
Karya : Putri Nurul Bintari
Seimbang Karena SENI
Menurut Wikipedia, Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu. Kini, seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreatifitas manusia. Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai, bahwa masing-masing individu artis (pelaku seni) memilih sendiri sendiri peraturan dan parameter yang menuntunnya atau kerjanya, masih bisa dikatakan bahwa seni adalah proses dan produk dari memeilih medium, dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium, dan suatu set nilai-nilai yang menentukan apa yang pantas dikirimkan dengan ekspresi lewat medium itu, untuk menyampaikan baik kepercayaan , gagasan, sensasi, atau perasaan dengan cara se-efektif mungkin untuk medium itu. Sekalipun demikian, banyak seniman mendapat pengaruh dari orang lain masa lalu, dan juga beberapa garis pedoman sudah muncul untuk mengungkapkan gagasan tertentu lewat simbolisme dan bentuk (seperti bakung yang bermaksud kemampuan dan mawar merah yang bermaksud cinta). Semua orang mencintai seni, meskipun ada beberapa jenis seni orang tak menikmatinya tapi paling tidak kita semua mencintai seni. Apapun itu, baik seni musik, teater, sastra, ukir, atau pahat memahat dan banyak lagi seni lainnya. Konon orang yang mencintai seni akan merasakan keseimbangan hidup, karena perkembangan otak kanan (otak yang biasanya dipakai untuk mengembangan kreativitas dan mencapai) akan memicu berkembangnya kemampuan otak kiri kita juga. Tak harus menjadi seorang yang ekspert atau ahli dalam berseni yang penting hati kita bisa merasakan keindahan seni itu dengan imajinasi hati kita masing-masing.
Selamatkan Bangsa Kita
Salah satu bunyi Sumpah Pemuda adalah “Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan Bahasa Indonesia.” Dari kutipan Sumpah Pemuda diatas kita melihat saat ini , sampai dimana bahasa dijadikan alat pemersatu bangsa. Apakah kira-kira tujuan dari Sumpah Pemuda itu sudah terwujud? Belakangan ini situasi bangsa kita sedang mengalami ‘Ancaman Perpecahan’ . Kita sebagai generasi muda harus prihatin dan berusaha menyelamatkan bangsa dari ancaman perpecahan. Banyak kasus kerusuhan antarsuku , antaragama, dan antarkampung yang sebetulnya masalah sepele dan bisa diselesaikan dengan musyawarah. Jika kita bicara soal perbedaan sudah dari zaman dulu Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang tentu saja berbeda suku, budaya, adat ,dan juga agama, tetapi dengan adanya ikrar sumpah pemuda ,mereka ingin menyatukan Indonesia menjadi kesatuan yang utuh tak terkecuali bahasa kita, bahasa Indonesia. Kita semua berharap bahasa Indonesia bisa dijadikan alat komunikasi antarsuku di Indonesia. Tetapi pada kenyataannya sampai saat ini banyak masyarakat Indonesia yang ada di daerah tidak bisa berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, misalnya orang Aceh datang ke jawa, mereka tidak bisa saling berkomuniksai akhirnya mereka menggunakan bahasa isyarat, atau misalnya dalam suatu perkawinan campuran/beda suku, mereka kesulitan dalam penggunaan bahasa, contoh antara mertua dan menantu, atau sanak saudara pasti mereka akan sulit dalam berkomunikasi. Bayangkan jika tidak ada bahasa Indonesia, untuk itu marilah kita mengajak generasi muda kita untuk bangga menggunakan bahasa kita sendiri, yaiutu bahasa Indonesia , sehingga bahasa kita tetap lestari sampai anak cucu kita nanti.
Bahasa Indonesia dalam Kehidupan Sehari - Hari
Sejak Sumpah Pemuda yang dibuat pada tanggal 28 Okober 1928, Pemerintah menetapkan bulan Oktober sebagai Bulan Bahasa. Kemudian , karena sastra merupakan aspek yang tidak dipisahkan dari bahasa maka sejak tahun 1989 nama bulan bahasa dirubah menjadi Bulan Bahasa dan Sastra. . Dalam rangka ini itulah diselenggarakan berbagai macam kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadara masyarakat tentang fungsi kedudukan Bahasa Indonesia dalam kehidupan dan bernegara. Juga dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan apresiasi dan ekspresi sastra di tengah-tengah masyarakat modern. Contohnya lomba yang bertujuan untuk pembentukan karakter bangsa yang melalui peningkatan kualitas bahasa dan sastra.Contoh lainnya : Para remaja sekarang sering menggunakan bahasa Indonesia yang bisa dibilang modern dan seenaknya. Kalau diantara mereka yang tidak berbahasa seperti itu maka dia itu dibilang “kampungan” dan “kuno” . Sehingga jarang sekali kita menemukan remaja yang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Pernah saya bertemu salah satu remaja dan dia berkata “ Bahasa Indonesia yang baik dan benar itu dipakai kalau kita membuat karangan tertulis saja “. Jelas menurut saya salah karena itu pendapat yang kurang intelektual. Dia berpikir hanya sekilas saja tanpa dipikir matang – matang. Bagi masyarakat juga banyak mengeluh tentang para remaja yang kurang sopan pemakaian bahasanya, selain itu tingkah laku mereka yang bukan sewajarnya. Sehingga banyak diantara masyarakat berpikiran remaja zaman sekarang kurang pendidikan bahasa di rumah maupun di sekolah. Untuk merubah pendapat seperti itu, kita sebagai remaja yang berpendidikan yang menjunjung tinggi nilai kebahasaan kita sebaiknya memberi pengertian kepada teman – teman tentang Bahasa Indonesia yang baik dan benar . Agar bangsa kita memeiliki karakter tersendiri untuk menjunjung tinggi bangsanya sendiri sehingga bisa dikenal oleh b angsa – bangsa lain.
Media Kerap Merusak Bangsa
Di Era Reformasi ini bahasa yang digunakan semakin tidak benar , sampai-sampai mulai menginjak pada media massa. Para pembaca lebih sering mendapatkan berbagai informasi dari media massa seperti koran dan media internet. Di media tersebut, bahasa yang digunakan tidak lagi menjadi semacam kewajiban. Akibatnya bahasa media massa sekarang boleh dikatakan memprihatikan. Bahkan sepertinya para pembaca tidak lagi mempermasalahkan bahasa yang digunakan, yang penting bagi pembaca tersebut mengerti apa yang dimaksud dari informasi yang diberikan.
Para pengelola media massa sekarang pintar,karena menjadiklan remaja atau pemuda sebagai target pembaca. Mereka menargetkan para remaja karena menurutnya remaja lebih mudah menyerap apa pun yang dibacanya disbanding para orang tua. Oleh karena itu, untuk memikat mereka, dibuatlah bahasa yang disesuaikan dengan dunia mereka, yang cenderung menjauh dari dari bahasa Indonesia yang baku. Sehingga nasib remaja sekarang menjadi sangat menghawatirkan.
Bahasa yang digunakan di Koran bisa menjadi perusak bahasa Indonesia karena terkadang dituliskan kata yang berasal dari bahasa asing dan bahasa daerah, sehingga jauh dari bahasa baku. Dalam hal ini banyak yang menyalahkan Pusat Bahasa karena lamban dalam menerjemahkan atau membakukan kata-kata yang dianggap serapan dari bahasa asing dan bahasa daerah. Kita terkadang pernah membaca tulisan “ Nilai tukar rupiah anjlok” kata anjlok disini sering disebut dalam hal nilai tukar rupiah sehingga menjadikan pembacanya terbiasa menyebutkannya. Kenyataannya kata anjlok bukan bahasa baku melainkan bahasa daerah Jawa. Contoh lainnya “Ribuan hektar sawah di Madura mengalami fuso” kata fuso berarti gagal panen yang berasal dari kata serapan bahasa asing.
Media lainnya yaitu telepon seluler atau telepon genggam. Benda ini menjadi luar bahasa merusak bahasa Indonesia, karena didalamnya terdapat fitur SMS (Short Message Sevice) yang menjadikan para penggunanya menggunakan bahasa yang singkat. Hal ini menjadi terbiasa dilakukan oleh para generasimuda zaman sekarang, sampai-sampai ada yang menggunakan singkatan yang terlalu berlebihan dan meyulitkan membacanya karena huruf tidak lagi mendatar melainkan huruf besar dan huruf kecil digunakan dalam satu kata contohnya “BaHa5a” , masyarakat sering menyebutnya tulisan Alay.
Oleh karena itu semua lembaga-lembaga pendidikan dan para orang tua mengajarkan berbahasa Indonesia yang baik dan benar sejak dini , yang sudah menjadi sebuah keharusan. Marilah kita generasi muda menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa kebanggaan kita yang memungkinkan orang asing tertarik untuk mempelajarinya.
Bahasa Orang Tua akan Berpengaruh Terhadap Perkembangan Anak
Berbagai keluarga di Indonesia menyatakan, betapa sulitnya mendidik anak yang sangat nakal dan tidak tahu sopan santun. Hal ini sangat terbiasa terbiasa terjadi bagi keluarga yang kurang memperhatikan perkembangan anaknya. Bagi mereka, anak akan menjadi penurut dan pintar kalau dididik dan diasuh oleh para pengasuh anak dan pembantu yang telah dibayar dengan harga mahal. Keluarga di Indonesia berlomba-lomba mencari pengurus anaknya selangi mereka sibuk dengan pekerjaannya. Padahal ini bukan menjadi solusi anak menjadi penurut, pinter, dan berkembang. Seharusnya orang tua tahu dan sadar akan tindakan mereka itu. Mereka tak perlu mengeluarkan banyak uang untuk para pengasuh itu,melainkan mereka harus bersedia berlama-lama dengan anaknya ,hanya sekedar untuk menemaninya belajar, mendengar ceritanya disekolah,dan memberikan berbagai solusi untuk masalahnya.Hal ini dapat membuat masalah anak akan berkurang dan tak banyak lagi pikiran. Orang tua yang bersedia meluangkan waktu untuk anaknya , maka sang anak tersebut akan menjadi tak kesepian lagi dan bagaikan memeiliki sahabat yang baru dan setia mendengar keluh kesahnya. Orang tua juga berhak untuk mengajari anaknya berbahasa yang baik. Baik berbicara dengan orang tua , berbicara dengan guru, dan berbicara dengan sebayanya. Hal ini membuat anakmemjadi berkembang dalam bahasa. Anak yang diajari berbahasa yang buruk cenderung menjadi tidak sopan dan di jauhi masyarakat.Sedangkan anak yang diajari bahasa yang benar ,maka anak itu menjadi pintar, mudah menerima masukan yang baik,dan banyak wawasan yang bermanfaat. Anak yang selalu mendengar orang tuanya bertengkar,maka anak itu menjadi emosional dan tak mau diatur. Hal ini tidak baik untuk pendidikan dan perkembangan karakter anak karena menjadikan anak yang keras dan tak mau mengalah.
Orang tua kalau sedang marah dengan anaknya diharapkan untuk tidak mengeluarkan bahasa yang akan ditiru oleh anaknya kepada temannya. Orang tua yang sedang marah harus berusaha tidak mengeluarkan bahasa yang kotor dan jelek dengan sepenuh hati, karena semua perkataan orang tua adalah do’a. Contohnya orang tua yang marah dengan anaknya ,kemudian mengeluarkan bahasa yang kotor seperti bodoh, tak tahu sopan santun, dan lain-lain . Maka secara langsung perkataan itu menjadi do’a apalagi saat itu orang tua dalam keadaan marah, jika seperti itu lengkaplah sudah do’a yang diucapkan orang tua tersebut dan mungkin akan terjadi kepada anak itu. Banyak cerita yang sudah terbukti kalau ucapan orang tua itu akan menjadi do’a, contohnya cerita Malin Kundang.
Oleh karena itu, para orang tua harus menjaga bahasa yang diucapkan saat marah, kalau bisa sebaiknya orang tua yang marah mengeluarkan bahasa yang baik dan secara langsung merubah anaknya menjadi yang diinginkan, seperti anak pintar, anak soleh, dan lain-lain.